gravatar

Cara Terbaik Dalam Memohon Ampunan

Sesungguhnya segala puji bagi Allah, kami memuji-Nya, memohon pertolongan-Nya, kami memohon ampun dan bertaubat kepada-Nya. Kami berlindung kepada-Nya dari kejahatan diri-diri kami dan dari keburukan amal perbuatan kami.

Terdapat banyak nash yang dapat ditemukan di dalam Kitab Allah Jalla wa ’Ala dan di dalam sunnah Rasul-Nya yang mendorong seseorang untuk beristigfar, nash yang memerintahkannya, yang menunjukkan keutamaannya, menunjukkan keutamaan orang yang melakukannya, dan orang-orang yang terus menerus melakukannya. Bahkan, ada begitu banyak dalil sehingga akan sulit untuk menghitungnya

Beberapa nukilan ayat Alqu'ran yang memerintahkan memohon ampunan :

“Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Az-Zumar [39] : 53)


“Maka aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.”(QS Nuh [71] : 10-12)

Berkenaan dengan sunnah, terdapat banyak dalil dari Nabi SAW mendorong permohonan ampun kepada Allah (istigfar) dan menjelaskan keutamaannya.

“Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman: “Hai anak Adam! Sesungguhnya selama engkau berdoa kepadaku, dan berharap kepadaku, maka Aku akan memberikan pengampunan atas segala dosa yang telah engkau lakukan dan Aku tidak perduli. Hai anak Adam! Andaikata dosa-dosamu telah mencapai setinggi langit kemudian engkau memohon ampun kepada-Ku, Aku pasti mengampunimu dan Aku tidak perduli. Hai anak Adam! Jika engkau datang kepada-Ku dengan kesalahan-kesalahan hampir sepenuh bumi, kemudian engkau menemui-Ku dengan tidak menyekutukan sesuatu dengan-Ku, maka Aku akan menemuimu dengan pengampunan hampir sepenuh bumi pula.” ( Jami'ut Tirmidzi)

“Demi yang jiwaku berada di tangan-Nya, aku sungguh memohon ampun dan bertaubat kepada Allah tujuh puluh kali setiap hari.” (Shahih Bukhari , Jami'ut Tirmidzi)

Demi Allah, jika kalian tidak berbuat dosa, Allah akan meninggalkanmu dan mendatangkan suatu kaum yang berdosa dan memohon ampun kepada-Nya dan Dia akan mengampuni mereka.”(Shahih Muslim)

Nabi yang telah Allah ampuni dosa yang sebelumnya dan yang akan datang, namun beliau masih memohon ampunan Allah lebih dari seratus kali setiap hari. Demikian, sebagaimana Ibnu Umar berkata: “Kami biasa menghitung dalam sebuah majelis beliau mengucapkan “astagfirullah wa atuubu ilaihi”2) lebih dari tujuh puluh kali.” Dengan begitu beliau beristigfar secara terus menerus dan memberikan penekanan betapa pentingnya istigfar.

Diantara nama-nama indah Allah Tabaraka wa Ta’ala adalah Al-Afuww – ‘Yang Memberi Maaf’ – Al-Ghafur – ‘Yang Mengampuni’, dan Al-Ghaffar – ‘Yang Maha Pengampun’. Allah Tabaraka wa Ta’ala mencintai kita berdoa dengan nama-Nya dan kita beribadah kepada-Nya dengan apa yang menjadi tuntunan nama-Nya. Sebagaimana Allah berfirman:

“Hanya milik Allah asmaa-ul husna , maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu.” (QS Al-A’raf [7] : 180)

Namun demikian, ‘...mengingat dan menghafalkannya...’ (ihsaa) bukanlah sekedar menuliskan nama-nama itu diatas secarik kertas dan membacanya – sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian orang. Para ulama telah menjelaskan bahwa ihsaa dari nama-nama Allah terdiri dari tiga tingkatan.
Yang pertama adalah menghafalkan nama-nama tersebut. Yang kedua adalah memahami makna dari nama-nama tersebut. Dan yang ketiga adalah berdoa kepada Allah dengan nama-nama tersebut dan berbuat sesuai dengan tuntunan nama-nama itu.

Sebagai contohnya, kita mengambil dari nama-nama Allah misalnya At-Tawwab. Lalu kita memahami maknanya, ‘Dia Yang Memberi Petunjuk kepada hamba-Nya untuk bertaubat dan menerima taubat mereka,’ menunjukkan kepada kita bahwa Allah Tabaraka wa Ta’ala menerima taubat hamba-Nya, menunjuki mereka untuk bertaubat dan memberikannya kepada mereka. Kita juga memahami bahwa Allah Tabaraka wa Ta’ala adalah Satu-Satunya yang memberikan ampunan. Setelah memahami semua ini, kita bertindak sebagaimana tuntunan nama tersebut dengan bertaubat kepada Allah dari segala dosa-dosa kita.

Namun demikian, sebagai tambahan agar diterima dalam memohon ampunan, ada syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seseorang yang memohon ampunan.

Diantara firman Allah Ta’ala yang secara menyeluruh meletakkan syarat-syarat dalam memperoleh ampunan dari dosa-dosa adalah sebuah ayat dalam surat Thaahaa [20] : 82 :

“Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal saleh, kemudian tetap di jalan yang benar.”

“Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun...” dan siapakah dia yang mendapatkan ampunan Allah Tabaraka wa Ta’ala? Dia adalah seseorang yang memenuhi persyaratan (yang telah ditetapkan) Allah.

Pertama, adalah seseorang yang bertaubat. Taubat adalah satu-satunya perbuatan yang dapat menyebabkan semua dosa-dosa diampuni. Telah diriwayatkan bahwa, “Taubat menghapus apa yang datang sebelumnya.” Ia menghapus dosa-dosa yang terdahulu. Allah mengampuni dosa orang-orang yang bertaubat meskipun sebanyak buih di lautan. Sebagaimana Allah
berfirman :

“Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”(QS Az-Zumar [39] : 53)

“Janganlah kamu berputus asa...” disini berarti, ‘Bertaubatlah kepada Allah’, karena sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun.

Kedua, seseorang yang memenuhi persyaratan Allah dalam bertaubat adalah orang yang ‘...beriman...’, dia sungguh-sungguh beriman kepada Allah, para Malaikat-Nya, Kitab-kitabn-Nya, dan Rasul-rasul-Nya. Singkatnya, dia beriman kepada seluruh rukun iman.

Syarat ketiga bagi seseorang yang memohon ampunan Allah adalah orang yang “...beramal saleh...”, ia melakukannya setelah bertaubat. Mencurahkan dirinya untuk beribadah, untuk shalat, berdzikir kepada Allah, takut kepada-Nya dan selalu mengingat akan Allah. Dengan menekuni amalan-amalan hati dan anggota badan ini, dia kembali kepada Allah.

Keempat, “...tetap di jalan yang benar...”. Dia tetap teguh di atasnya, tidak memutuskannya dan tidak berpaling darinya. Dia tetap di atasnya sampai ia meninggal. Barangsiapa yang melakukannya, Allah mengampuni dosa-dosanya dan menutupi kesalahan-kesalahannya. Dia adalah salah satu diantara orang- orang yang mendapatkan ampunan Allah Tabaraka wa Ta’ala.

Ini adalah sebuah cara memohon ampun yang telah disebutkan para ulama yang merupakan cara terbaik dan paling sempurna. Oleh karena itu kita harus menempatkan betapa pentingnya untuk menghafalkan lafazhnya, memahami maknanya, dan berbuat atasnya.

Sebagai penutup risalah ini, kami sajikan hadits berikut :
bahwa beliau bersabda: “Tuan istigfar dari Nabi ,dari Saddad Ibnu Aus adalah seseorang mengucapkan:



“Ya Allah, Engkau adalah Tuhanku, tidak ada Tuhan yang wajib disembah kecuali Engkau, Engkau menciptakanku dan aku adalah hamba-Mu. Aku senantiasa menepati janji-Mu selama aku mampu. Aku berlindung kepada-Mu dari perbuatanku yang jelek(*), aku mengakui kepada-Mu nikmat-Mu kepadaku, dan aku mengakui dosaku kepada-Mu, maka ampunilah aku, karena sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni dosa kecuali Engkau.”

Nabi bersabda: “Barangsiapa yang mengucapkannya pada siang hari dengan penuh keyakinan, dan dia meninggal pada hari itu sebelum waktu sore, maka dia termasuk penghuni Surga. Barangsiapa yang mengucapkannya pada malam hari dengan penuh keyakinan, dan dia meninggal sebelum waktu pagi, maka dia termasuk penghuni Surga.”


* Lafazh ini terdapat di dalam salah satu riwayat yang dibawakan oleh Al-Bukhari

Sumber: Sayyidul Istigfar, Syaikh Abdur Razak Ibnu Abdul Muhsin Al-Abbad.