gravatar

Menjaga Lisan (Part 1)

Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya
melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.”
(QS Qaaf [50] : 18)


Ketahuilah bahwa setiap orang mukallaf harus menjaga lisannya dari segala jenis perkataan,
kecuali terhadap pembicaraan yang mengandung manfaat. Maka dalam situasi dimana berbicara dan diam dalam keduanya terdapat maslahat yang sama, maka menurut As-Sunnah ia lebih baik
memilih bersikap diam. Sebab pembicaraan yang berstatus mubah, membuka jalan kepada
perbuatan yang haram dan makruh dan yang demikian ini banyak sekali terjadi. Sedangkan
keselamatan adalah suatu keberuntungan yang tiada taranya.


Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Nabi bersabda:
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berbicara atau diam.”(Shahihain)

Hadits ini, yang telah disepakati keshahihannya, dalah sebuah dalil yang jelas bahwa seseorang
tidak boleh berbicara, kecuali pembicaraannya baik, dan bahwa pembicaraan tersebut mengandung hal yang bermanfaat. Maka jika seseorang ragu-ragu apakah suatu pembicaraan
mengandung manfaat atau tidak, maka janganlah berbicara.

Imam Asy-Syafi’i rahimahullah berkata: “Apabila seseorang hendak berbicara, maka hendaknya dia berpikir sebelum berbicara. Jika ada kebaikan yang bermanfaat pada apa yang akan ia katakan, maka dia hendaklah dia berbicara. Dan jika dia meragukannya, maka dia jangan berbicara sampai dia menjernihkan keraguan itu (dengan menjadikan pembicaraannya baik).”

Abu Musa Al-Ash’ari meriwayatkan. “Saya berkata, “Ya Rasulullah, manakah Muslim yang
terbaik?” Beliau bersabda: “Barangsiapa yang orang-orang Muslim selamat dari lidah dan tangannya.”(Shahihain)

Sahl Ibnu Sa’ad meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda:
“Barangsiapa yang dapat menjamin bagiku (bahwa ia akan menjaga) apa yang berada diantara kedua rahangnya (lidah) dan apa yang berada di kedua pahanya (kemaluan), Aku akan menjamin baginya surga.”(Shahih Bukhari)

Abu Hurairah meriwayatkan bahwa dia mendengar dari Nabi bersabda: “
“Sesungguhnya seseorang mengucapkan kata-kata, ia tidak menyangka bahwa ucapannya menyebabkan ia tergelincir di neraka lebih jauh dari jauhnya antara timur dan barat.” (Shahihain)

Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Nabi bersabda:
“Sesungguhnya seseorang mengatakan kalimat yang diridhai Allah dan ia tidak menaruh perhatian terhadapnya melainkan Allah akan mengangkatnya beberapa derajat. Sesungguhnya seorang hamba mengatakan kalimat yang dimurkai Allah dan ia tidak menaruh perhatian terhadapnya melainkan ia terjerumus dengan sebab kalimat tersebut ke jahannam.” (Shahih Bukhari)

Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya seseorang laki-laki mengatakan sebuah kalimat yang diridhai Allah dan ia tidak menyadarinya sampai di tempatnya, ternyata dengan kalimat itu Allah menuliskan keridhaan-Nya hingga hari Dia bertemu dengannya. Sesungguhnya seorang laki-laki mengatakan suatu kalimat yang dimurkai Allah dan ia tidak menyadarinya sampai ditempatnya, ternyata karena kalimat tersebut Allah menulis kemurkaan-Nya hingga hari Dia bertemu dengannya.” (Muwatha Imam Malik, Jami'ut Tirmidzi, Sunan Ibnu Majah)

Aku berkata, “Ya Rasulullah, apa yang harus paling aku takuti?” Beliau memegang lidahnya dan
berkata, “Ini.”( Musnad Ahmad, Jami'ut Tirmidzi, Sunan Ibnu Majah)

Abu Sa’id Al-Khudri meriwayatkan bahwa Nabi bersabda:
“Ketika anak Adam bangun dari tidurnya, setiap bagian tubuhnya memohon perlindungan kepada lidahnya, berkata: “Takutlah kepada Allah tentang kami karena sesungguhnya kami adalah bagian darimu. Maka apabila engkau lurus maka luruslah kami, dan jika engkau rusak maka rusaklah kami.”(Ibnul Mubarok fi Azzuhdi, Jami'ut Tirmidzi, Musnad Ahmad)

Rasululloh bersabda:
"Maukah bila aku beritahukan kepadamu pokok amal tiang-tiangnya dan puncak-puncaknya?" Aku menjawab : "Ya, wahai Rasulullah". Rasulullah bersabda : "Pokok amal adalah Islam, tiang-
tiangnya adalah shalat, dan puncaknya adalah jihad". Kemudian beliau bersabda : "Maukah kuberitahukan kepadamu tentang kunci semua perkara itu?" Jawabku : "Ya, wahai Rasulullah".
Maka beliau memegang lidahnya dan bersabda :"Jagalah ini". Aku bertanya : "Wahai Rasulullah, apakah kami dituntut (disiksa) karena apa yang kami katakan?" Maka beliau bersabda : "Semoga engkau selamat. Adakah yang menjadikan orang menyungkurkan mukanya (atau ada yang meriwayatkan batang hidungnya) di dalam neraka, selain ucapan lidah mereka?"(Jami'ut Tirmidzi, Sunan Ibnu Majah).


Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Nabi bersabda:
“Diantara kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan apa-apa yang tidak berguna baginya. (Imam Malik, Jami'ut Tirmidzi, Sunan Ibnu Majah).

Adapun atsar sahabat dan nasehat -nasehat Ulama dalam menjaga lidah :

Abu Ali Al-Fudhail bin Iyadh rahimahullah berkata:
“Barangsiapa yang membatasi perkataannya sesuai dengan apa yang dikerjakannya, akan membatasi pembicaraan yang tidak berguna baginya.”

Dan Imam Asy-Syafi’i rahimahullah berkata kepada murid Rabi’: “Hai Rabi, janganlah berbicara mengenai hal-hal yang tidak berhubungan dengan dirimu, karena sesungguhnya setiap kali engkau mengatakan satu kata, dia menguasaimu dan kamu tidak berkuasa atasnya.”
Abdullah bin Mas’ud berkata: “Tidak ada sesuatu yang pantas untuk dipenjarakan kecuali
lidah.”

Dan dia rahimahullah berkata: “Aku mendengar Abu Ali Ad-Daqaq berkata: “Barangsiapa yang diam mengenai kebenaran, maka dia adalah setan yang diam.”

Dia juga berkata: “Adapun yang lebih disukai bagi orang-orang yang berusaha dalam kebaikan dengan diam, maka hal itu karena apa yang mereka ketahui tentang konsekuensi buruk akibat dari berbicara dan dari jiwa yang senang padanya. Hal ini juga karena sifat-sifat terpuji yang akan terlihat (dengan melakukannya) dan karena hal itu akan menjadikannya cenderung terhadap membedakan keduanya – apakah pembicaraan yang baik atau kebalikannya. Ini adalah sifat orang-orang yang diberkahi dengan keteguhan dalam agama. Dan ini adalah salah satu piliar dalam pendidikan masyarakat.

Ada sebuah syair mengenainya:

Jagalah lisanmu, hai sekalian manusia
Dan janganlah biarkan ia mengigitmu, karena
sesungguhnya ia adalah ular
Berapa banyak yang berada di dalam kubur
terbunuh karena lisannya
Barangsiapa yang takut bertemu dengan-Nya
sesungguhnya adalah orang yang berani


Sumber : Al-Adzkar (Bab: Hifdz-ul-Lisan), Imam An-Nawawi, Maktabah Raudhahtul Muhibbin