gravatar

Sebab^^ Yang Mendatangkan Rizki Part II


Ketiga: Tawakal kepada Allah SWT.

Dan diantara sebab yang mendatangkan rezki adalah: tawakal kepada Allah SWT, Allah berfirman:


Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (At-Talak: 3).

Maka barang siapa hatinya senantiasa terkait dengan Allah SWT dalam usaha memperoleh manfaat dan menolak madharat, menyerahkan semua urusan kepada-Nya, niscaya Allah SWT akan menghilangkan darinya apa yang menggelisahkanya dan sirnalah apa yang menyusahkanya dan Dia memberinya rezki dari arah yang sempit atas manusia.
Dan Nabi saw bersabda:

Kalau sekiranya kalian bertawakal kepada Allah SWT dengan tawakal yang sebenarnya, niscaya Dia akan member kalian rezki yang sebagaimana Dia memberi rezki kepada burung yang pergi di waktu pagi dengan perut kosong dan pulang di waktu sore dalam keadaan kenyang” ( HR: Ahmad dan Tirmizi, disahihkan oleh Al-Bani).

Ibnu Rajab mengatakan: ” Hadits di atas adalah landasan dalam masalah tawakal, ia (tawakal) adalah termasuk sarana yang teragung yang dapat menjadi sebab diturunkanya rezki.” Para salaf mengatakan: “ Bertawakalah, niscaya akan digiring kepadamu berbagai rezki dengan tanpa beban dan keletihan.”
Tawakal kepada Allah SWT adalah menampakan kelemahan dan bergantung kepada-Nya semata, dengan keyakinan bahwa tidak ada zat yang dapat berbuat di jagat raya melainkan Allah SWT, dan bahwa setiap yang ada; makhluk, rezki, pemberian dan pelarangan, madharat dan manfaat, kefakiran dan kekayaan, sakit dan sehat, mati dan hidup dan segala yang bereksistensi adalah dari Allah SWT semata.
Hakikat tawakal sebagaimana yang dikatakan Ibnu rajab adalah: kejujuran hati dalam bergantung kepada Allah SWT dalam mencari manfaat dan menghindari madharat dalam urusan dunia maupun akhirat, menyerahkan segala urusan kepada-Nya serta mengimani bahwasanya tidak ada yang dapat memberi dan menolak, memberi manfaat atau menimpakan madharat melainkan Dia.
Tawakal kepada Allah tidak berarti meninggalkan usaha, karena Allah SWT memerintahkan agar melakukan usaha disamping tawakal, usaha dan menjalankan sebab-sebab adalah bentuk ketaatan kepada-Nya, adapun tawakal dengan hati adalah bentuk keimanan kepada-Nya, sebagaimana Allah berfirman:

Hai orang-orang yang beriman, bersiap siagalah kamu, dan majulah ( ke medan pertempuran) berkelompok-kelompok, atau majulah bersama-sama. ( An-Nisa’: 71).

Dan berfirman:


Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang.” (QS: Al-Anfal: 60)


 
Apabila telah ditunaikan sembayang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi, dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (QS: Al-Jumu’ah: 10)

Seorang muslim dituntut untuk melakukan usaha dengan tidak bergantung kepadanya, tetapi meyakini bahwa segala urusan adalah milik Allah, dan bahwa rezki itu dari-Nya semata.

Keempat: Silaturahim

Dan diantara sebab-sebab yang mendatangkan rezki juga adalah silaturahim, banyak hadits yang menunjukan itu, diantaranya:

Dari Abu Hurairah semoga Allah meridhoinya, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah saw bersabda: “ Barangsiapa ingin diluaskan rezkinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaknya ia menjalin silaturahim” ( HR: bukhari). 

Dan dari Anas bin Malik semoga Allah meridhoinya, bahwasanya Rasulullah saw bersabda: “Barang siapa ingin diluaskan rezkinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaknya ia menjalin silaturahim” (HR: Bukhari).

Imam Bukhari mengkhususkan dua hadits di atas dalam bab orang yang diluaskan rezkinya melalui silatirahim. 


Dan dari Abu Hurairah –semoga Allah meridhoinya- bahwasanya nabi saw bersabda: pelajarilah nasab-nasab kalian agar kalian dapat menjalin silaturahim, karena silaturahim dapat membawa kecintaan kepada keluarga, menambah harta dan memperpanjang umur. (HR: Ahmad dan disahihkan Al-Albani). 


Dari Ali bin Abi Talib –semoga Allah meridhoinya- bahwasanya Nabi saw bersabda: “ Barang siapa yang senang untuk dipanjangkan umurnya, diluaskan rezkinya, dihindarkan dari kematian yang buruk, maka hendaklah bertakwa kepada Allah dan menjalin silaturahim.” (HR: Ahmad, dan sanadnya disahihkan oleh Syekh Ahmad Syakir).
Abdullah bin Umar –semoga Allah meridhoinya- mengatakan: “ Barang siapa bertakwa kepada Tuhanya, menjalin silaturahim, niscaya dipanjangkan umurnya, ditambah rezkinya dan dicintai keluarganya. 
 
Melalui hadits-hadits ini, Nabi saw menjelaskan bahwa silaturahim membuahkan banyak faedah yang baik diantaranya; keluasan rezki, panjang umur, menghindari kematian yang buruk, dan ia adalah sebab yang mendatang kecintaan keluarga terhadap pelakunya.
Siapakah yang dimaksud rahim/ar’ham?, bagaimana cara menjalin silaturahim dengan mereka?
Rahim/ar’ham adalah kerabat, mereka orang-orang yang ada ikatan nasab dengan anda, baik anda bagian dari ahli waris mereka atau tidak, dan ada hubungan mahram atau tidak.
Silaturahim dengan mereka dapat dilakukan dengan banyak cara, diantaranya; berkunjung, memberi hadiah, menanyakan tentang mereka, melihat kondisi mereka, bersedekah kepada yang fakir diantara mereka, lembut dengan yang kaya dan menghormati yang besar, atau dengan mengundang mereka dan meyambutnya dengan sebaik-baik sambutan, ikut serta dalam kegembiraan dan berbagi dalam kesedihan mereka, sebagaimana bisa juga dengan cara mendoakan mereka, berlapang dada, memenuhi undangan, menjenguk yang sakit, menunjukan mereka jalan kebenaran, mengajak mereka kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, bisa juga silaturahim dengan mereka melalui harta; membantu dalam memenuhi kebutuhan mereka, menghilangkan kesusahan dari mereka, bermuka ceriah dihadapan mereka dsb.

Kelima: Infak di jalan Allah SWT.

Banyak dalil dari kitab maupun sunah menunjukan bahwa infak di jalan Allah SWT termasuk diantara sebab yang dapat mendatangkan rezki, diantaranya firman Allah: 

 
Katakanlah: “ sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya diantara hamba-hamba-nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendakinya)”, dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah pemberi rezki yang sebaik-baiknya. (QS: Saba’: 39).

 


Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan dari padanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.“ (QS: Al-Baqarah: 267-268).


 
Ibnu Abas mengatakan: “ Dua perkara dari Allah dan dua dari setan,“ Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan“ seraya mengatakan: Jangan kamu infakan hartamu, biarkan ia menumpuk karena kamu akan membutuhkanya, “ Dan menyuruh kamu berbuat kejahatan“. “ Sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya“ atas kemaksiatan-kemaksiatan itu,“ Dan karunia“ dalam rezki “. Ampunan adalah perlindungan atas hamba-hamba-Nya di dunia dan di akhirat, sedang karunia adalah keluasan rezki di dunia dan di akhirat serta kenikmatan di akhirat.
Dan diantara dalilnya adalah sabda Rasulullah saw:

Allah SWT berfirman: Wahai ibnu Adam, berinfaklah, niscaya Aku akan memberi nafkah kepadamu“ ( HR: Muslim).


Tiada pagi hari bagi hamba melainkan turun pada saat itu dua malaikat, salah satu dari mereka mengatakan: Ya Allah, berilakanlah kepada orang yang menginfakan (hartanya) penggantinya, yang kedua mengatakan: Ya Allah berikanlah kepada orang yang enggan berinfak kerusakan (atas hartanya).” (HR: Bukhari).
Dan sabda Rasul saw:


Berinfakanlah ya Bilal, jangan khawatirkan kekurangan dari Sang Pemilik Arsy“.

Semua hadits di atas mengajak berinfak di jalan kebaikan, dan menyampaikan kabar gembira tentang akan diberikanya pengganti (atas harta yang diinfakan) dari karunia Allah SWT bagi orang yang berinfak, serta mengangkat kedudukannya di segenap hati manusia.


Laksanakanlah haji dan umroh secara beriringan, karena ia dapat menghapus kefakiran dan dosa sebagaimana api melenyapkan karatan besi, emas dan perak.” (HR: Nasa’I dan disahihkan Al-Bani).

Melakukan secara beriringan antara haji dan umrah artinya: jadikanlah salah satu dari keduanya mengiringi yang lain, yakni: jika anda telah menjalankan haji maka lakukanlah umrah, dan jika anda telah menjalankan umrah maka lakukanlah haji, begitulah keduanya terjadi secara beriringan.