gravatar

76 Karakter Yahudi dalam Al-Qur'an (2)

1. BANGSA PERTAMA KALI YANG KAFIR KEPADA NABI  MUHAMMAD  ALLALAHU ’ALAHI WA SALLAM                                         
     
      Dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah 41 Allah menerangkan, bahwa Bangsa Yahudi/Bani Israil adalah bangsa yang pertama kali kafir kepada Nabi Sallalahu ‘Alaihi wa Sallam.

"Dan berimanlah kamu kepada apa yang Aku turunkan yang membenarkan apa yang ada padamu, dan janganlah kamu menjadi orang yang pertama kali kafir kepada-Nya dan janganlah kamu menjual ayat-ayat- Ku dengan harga murah, dan hanya kepada Akulah hendaknya kamu bertaqwa!

Dalam ayat ini Allah berbicara kepada Bangsa Yahudi, sebagai bangsa yang telah sering kedatangan Nabi. Bangsa ini menerima kitab-kitab suci dari langit, tetapi merupakan bangsa yang paling benci kepada orang-orang mu'min. Bangsa Yahudi diajak untuk menjadi orang pertama untuk beriman kepada Nabi Muhammad supaya bangsa-bangsa lain bersedia mengikuti jejaknya.

Kepada bangsa Yahudi Allah berfirman supaya mereka beriman kepada Al-Qur'an sebagai pelaksanaan memenuhi janji kepada Allah. Hal ini menunjukkan bahwa memenuhi janji kepada Allah dengan mengikuti perintah dengan beriman kepada Al-Qur'an dan Nabi Muhammad adalah suatu tindakan lebih penting, dari lainnya. Sebab langkah semacam ini merupakan dasar yang pokok dan tujuan utama. Al-Qur'an diturunkan untuk membenarkan keteranganketerangan yang tersebut dalam Taurat dan Kitab-kitab para Nabi sebelumnya. Perintah-perintah yeng tersebut di dalamnya yakni berupa ajakan bertauhid, meninggalkan perbuatan-perbuatan keji yang dilakukan dengan terang-terangan maupun dengan tersembunyi, menyuruh berbuat kebaikan dan mencegah perbuatan kemungkaran dan sebagainya yang membawa kepada kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Ini sama dengan ajaran Musa dan para Nabi sebelumnya, karena semuanya itu tujuannya satu, yaitu menetapkan kebenaran dan memberi petunjuk kepada manusia serta melenyapkan kesesatan dalam aqidah.
Tetapi bagaimanakah sikap Bangsa Yahudi terhadap teguran Al-Qur'an ini? Mereka bahkan cepat-cepat bersikap kufur kepada Al-Qur'an. Padahal seharusnya mereka berada pada barisan depan untuk beriman kepada Nabi Muhammad dan Al-Qur'an ini. Karena mereka telah mengetahui kebenaran Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berdasarkan keterangan Kitab-kitab suci mereka, yang telah menyampaikan kabar kedatangan Nabi akhir zaman. Dalam buku-buku tarikh dijelaskan, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam datang hijrah ke Madinah, kaum Yahudi Madinah mendustakannya. Kemudian langkah mereka ini diikuti oleh orang-orang Yahudi Bani Quroidhah, Bani Nadhir, Yahudi Khoibar dan meluas kepada golongan Yahudi lain-lainnya.

Terhadap sikap mereka yang kufur ini, maka Allah kemudian memperingatkan secara keras dengan titah-Nya: "Janganlah kamu bersikap mendustakan kenabian Muhammad dan kitab suci yang dibawanya serta menolak petunjuknya, karena ingin menukar dengan kesenangan dunia yang sedikit". Para pendeta dan pemimpin Yahudi karena ingin memperoleh pengaruh, harta, pangkat dan kedudukan di mata rakyatnya. Mereka mendustakan kebenaran Nabi. Sedangkan golongan awam bangsa Yahudi menolak kebenaran Nabi Muhammad, karena ingin mendapatkan kasih sayang dari para pemimpin. Ingin memperoleh nasib baik dan takut menghadapi permusuhan dan kemarahan para pemimpin dan masyarakatnya.

Sikap pemimpin dan masyarakat Yahudi mendustakan kebenaran Nabi Muhammad adalah perbuatan yang merugikan diri sendiri. Perbuatan mereka ini dikatakan menukar keridho'an dengan kemurkaan, rahmat dengan siksa baik di dunia maupun di akhirat.

Seharusnya memang Bangsa Yahudi sebagai bangsa yang menerima wasiat Nabi Musa dan Nabi Isa a.s. untuk beriman kepada Nabi akhir zaman menjadi pionir menyambut kebenaran Al-Qur'an, bukan menjadi pionir yang kafir kepada Al- Qur'an dan Nabi Muhammad.

2. BANGSA YANG SUKA MEMUTARBALIKKAN KEBENARAN
Allah berfirman:

"Dan janganlah kamu campur-adukkan kebenaran dan kebatilan dan janganlah kamu sembunyikan kebenaran padahal kamu mengetahuinya." (Al- Baqarah: 42)

Dalam ayat ini para pendeta bangsa Yahudi mendapatkan peringatan keras, karena perbuatannya mencampuradukkan kebenaran dan kebatilan. Yang dimaksud dengan mencampuradukkan kebenaran dan kebatilan ialah merubah ayat Taurat maupun Injil, sehingga tidak lagi dapat dibaca maksud aslinya. Misalnya, mereka telah merubah kata Muhammad dengan menerjemahkannya ke dalam bahasa Ibrani dengan kata "Paraclet" yang artinya orang yang punya sifat terpuji. Walaupun kata "Paraclet" sama artinya dengan kata "Muhammad" tetapi perubahan kata tersebut menimbulkan pengertian yang kabur. Akibatnya nama yang telah tegas disebut dengan kata "Muhammad" menjadi sulit untuk dimengerti orang dan lenyaplah kebenaran yang dikehendaki.

Ayat ini pun menjelaskan cara pendeta Yahudi melakukan perbuatan-perbuatan sesat dan menyesatkan. Kitab Suci Taurat dan Injil yang ada pada mereka hal-hal sebagai berikut:
1.      Mengingatkan tentang munculnya Nabi-nabi palsu di tengah-tengah mereka, dan terjadi pada rnereka keanehan-keanehan yang mengejutkan hati.
2.      Allah akan membangkitkan seorang Nabi dari keturunan Ismail di tengah-tengah mereka, dia akan mendirikan satu ummat, dia adalah anak keturunan Hajar. Dan Allah terangkan tandatanda Nabi keturunan Ismail ini dengan te rang, tidak samar sedikit pun dan tidak kabur.

Lalu para pendeta dan para rahib mengaburkan hal ini kepada masyarakat dengan menukar yang benar dengan kebatilan. Mereka kaburkan kepada masyarakat bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah di antara Nabi-nabi yang diterangkan oleh Taurat tanda-tanda kepalsuannya. Mereka sembunyikan sifat-sifat yang sesuai dengan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang telah rnereka ketahui. Mereka sembunyikan pula pengetahuan mereka tentang sifat-sifat para Nabi yang jujur dan cara mereka mengajak manusia ke jalan Allah. Mereka menolak jalan yang lurus dengan tidak mau beriman kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dengan menambahkan keterangan-keterangan dusta, tradisi-tradisi, bid'ah yang dibuat berdasarkan takwil dan mengikuti ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan sebagian orang-orang dahulu yang mereka jadikan sumber agama. Dan beralasan bahwa orang-orang dahulu lebih mengerti maksud ucapan para Nabi dan lebih fanatik sikapnya dalam mengikuti mereka. Karena itu, maka bagi orang-orang yang datang kemudian, hendaklah mengikuti ucapan mereka itu, bukan sabda para Nabi yang sulit kita mengerti. Begitulah anggapan mereka.

Tetapi alasan ini tidak diterima Allah, dan dinyatakan sebagai perbuatan mencampuradukkan dan menyembunyikan kebenaran yang ada dalam Taurat
sampai saat kita ini. Begitu juga “Allah tidak menerima ulama yang datang kemudian dari agama dan syari'at apapun yang meninggalkan kitab-Nya "dan
mengikuti ucapan ulama dahulu dengan alasan seperti di atas. Semua yang
diketahui berasal dari kitab Allah wajib kita amalkan dan kalau ada sesuatu yang tidak kita mengerti, hendaklah bertanya kepada ahlinya. Jika kita sudah mengerti dan mengetahui, maka wajiblah kita amalkan.

Ayat ini sekali pun khusus tertuju kepada Bani Israil, namun dapat mencakup semua orang yang berbuat seperti mereka. Karenanya orang yang menerima suap untuk mengubah kebenaran dan membatalkannya atau menolak memberitahukan apa yang wajib diberitahukan, atau menyampaikan ilmu yang wajib disampaikannya, tetapi hanya mau kalau diberi upah, maka perbuatan-perbuatan tersebut termasuk dalam ketentuan ayat ini.

3. BANGSA YANG DIPERINGATKAN ALLAH KARENA  KEINGKARANNYA TERHADAP NIKMAT ALLAH

Allah berfirman:
'Wahai, Bani Israil! Ingatlah nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu dan ingatlah bahwa Aku telah melebihkan kamu atas segala ummat di alam ini. Dan takutlah kamu kepada satu hari yang seorang tidak akan dapat membela orang lain sedikit pun dan tidak akan diterima syafaat darinya dan tidak diambilnya tebusan dari padanya dan mereka tidak akan mendapat pertolongan! (Al- Baqarah 47-48).

Ayat ini mengingatkan Bani Israil akan nikmat Allah yang pernah mereka terima, tetapi selalu mereka lupakan. Di dalam ayat, ini dijelaskan rupa nikmat yang diterima oleh Bangsa Yahudi ini, yaitu berupa karunia kelebihan dari bangsa lain.

Bangsa Yahudi memperoleh kelebihan dari bangsa-bangsa lain sekalipun
dibandingkan dengan mereka yang telah maju kebudayaan dan peradabannya, seperti bangsa Mesir dan Bangsa Palestina.
Mereka dipanggil dengan nama bapak mereka, karena bapak mereka inilah yang menjadi sumber kebanggaan dan kemuliaan mereka. Nikmat dan, kelebihan itu semua disandarkan kepada mereka, karena kedua hal tersebut memang telah mencakup. Kelebihan ini hanyalah mereka peroleh karena mereka berpegang kepada perbuatan-perbuatan hina, karena orang yang menganggap dirinya terhormat, tentulah ia akan menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang hina.

Allah mengingatkan mereka akan kelebihan ini untuk menyadarkan mereka bahwa Dzat yang memberikan kelebihan mereka ketimbang ummat lain, dapat pula memberikan kelebihan itu kepada orang lain seperti Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan ummatnya. Juga untuk menyadarkan bahwa merekalah yang lebih patut dibandingkan dengan semua bangsa lain untuk memperlihatkan ayat-ayat yang dibawa oleh Muhammad. Karena orang yang diberi kelebihan lebih patut baginya mendahului melakukan yang baik daripada orang lain yang di bawahnya. Dan kelebihan ini jika berupa banyaknya para Nabi pada mereka, maka tak ada satu pun ummat menandingi mereka. Tetapi dengan kelebihan ini tak berarti bahwa tiap-tiap pribadi dari mereka ini lebih mulia dari pribadi-pribadi ummat lainnya. Di samping itu tidak menghalangi kemungkinan diunggulinya mereka oleh bangsa-bangsa yang paling remeh sekalipun, jika mereka menyimpang dari jalan kebenaran, meninggalkan tuntutan para Nabi mereka, sedangkan bangsa lain justru mengambil petunjuk para Nabi itu.

Adapun jika kelebihan ini berupa dekatnya mereka kepada Allah lantaran mengikuti syari'atNya, maka kelebihan itu hanya terbukti pada para Nabi dan orang-orang yang mendapatkan petunjuk darl kalangan manusia di zamannya serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik sepanjang mereka masih berketetapan hati melaksanakan syari'at itu dan menempuh jalan yang membawa mereka berhak untuk mendapatkan keutamaan.

Di samping Bani Israil ini diperingatkan atas nikmat yang mereka terima, juga
disusul dengan ancaman, agar mereka takut kepada siksa Allah yang pasti akan datang. Ancaman yang menyertai peringatan ini seolah-olah dapat dikatakan sebagai satu pernyataan marah yang tak tertahan karena kerusakan moral yang sangat berat pada Bani Israil ini. Dengan kata lain seolah-olah Allah berfirman: "jika kamu wahai Bani Israil, tidak mau ta'at kepada-Ku sesudah menerima nikmat-Ku, maka sekarang takutlah kamu menghadapi siksa berat dari Aku pada suatu saat dimasa datang."

Bangsa Yahudi mempunyai suatu anggapan yang sangat sesat terhadap hukum pembebasan Allah di akhirat kelak. Walaupun mereka menjadi bangsa yang menerima kitab-kitab suci dari Allah, tetapi aqidah mereka tetap sesat seperti halnya kaum penyembah berhala, yang mengkiaskan pengadilan akhirat dengan pengadilan yang berlaku di dunia.

Mereka menyangka, adalah mungkin untuk membebaskan orang-orang berdosa dari siksa dengan jalan membayar tebusan, atau pertolongan orang-orang yang dekat dengan hakim, sehingga hakim mengubah pendapatnya dan membatalkan apa yang telah diniatkannya.

Keingkaran Bangsa Yahudi terhadap pembalasan akhirat yang serba adil dan
anggapan mereka bahwa pengadilan di akhirat dapat dipengaruhi oleh suap dan pembelaan orang-orang tertentu adalah bukti nyata keingkaran mereka kepadanikmat Allah.

4. BANGSA YANG PERNAH DIUJI DALAM PERBUDAKAN RAJA-RAJA MESIR

Allah berfirman:

"Dan ingatlah ketika Kami menyelamatkan kamu dari pengikut-pengikut Fir'aun, mereka menimpakan siksa yang kejam, menyembelih anak-anak laki-lakimu dan membiarkan hidup anak-anak perempuanmu. Dan dalam hal itu terdapat ujian besar dari Tuhan kamu" (Al -Baqarah:49).

Kepada orang-orang Yahudi yang hidup dimasa turunnya Al-Qur'an, Allah
menyebut-nyebut tentang nikmat-nikmat-Nya yang pernah dialami oleh nenek
moyang mereka. Karena pemberian nikmat kepada suatu ummat merupakan
pemberian kepada segenap perorangannya baik yang mengalami nikmat itu ataupun yang tidak, sebab peninggalan yang ada di kalangan ummat itu akan diwarisi oleh generasi berikutnya.

Berbagai macam bencana yang diingatkan kepada kaum Yahudi dalam Al-Qur'an adalah bencana yang telah menimpa bangsa ini akibat perbuatan yang dikerjakan oleh segenap orang Yahudi.

Para ahli sejarah menceritakan bahwa orang pertama dari kalangan Bani Israil yang masuk ke Mesir ialah Nabi Yusuf as., kemudian datang saudara-saudaranya bergabung kepadanya. Lalu mereka berkembang biak dan dalam masa empat ratus tahun mencapai jumlah enam ratus ribu orang, yaitu ketika mereka keluar dari Mesir karena penindasan Fir'aun dan kaumnya. Karena ketika itu Fir'aun melihat bertambah banyaknya kaum Yahudi di negerinya mendesak Mesir, maka ia mulai membudakkan mereka, dan memaksa kerja berat dalam pelbagai bidang pekerjaan dan perusahaan. Akan tetapi sekalipun begitu, jumlah mereka semakin bertambah disamping tetap berpegang kepada kebiasaan dan tradisi mereka, tanpa mau berbaur sedikit pun dengan masyarakat Mesir dan tidak berpartisipasi dalam perjuangan mereka, sampai kepada sikap egoisme, enggan dan perasaan lebih tinggi dari bangsa lain, karena keyakinan bahwa mereka bangsa pilihan Tuhan dan manusia yang paling mulia. Kenyataan ini mencemaskan bangsa Mesir dan khawatir kalau kaum Yahudi semakin bertambah besar akan mengalahkan dan merampas negeri mereka. Karena itu bangsa Mesir yang giat, aktif, suka kerja dan berpikiran tajam menjadi susah, lalu berusaha membinasakan mereka dengan jalan membunuh anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka., Kemudian Fir'aun memerintahkan kepada semua kabilah supaya membunuh setiap bayi laki-laki bangsa Israil.

Para ahli sejarah meriwayatkan bahwa ketika. Allah mengutus Musa kepada Fir'aun dan kaumnya, ia mengajak mereka supaya mereka beriman kepada-Nya dan Musa minta kepada mereka agar membebaskan Bani Israil, tidak menganiaya dan menindas. Tetapi justru Fir'aun menyiksa mereka lebih hebat lagi dan menganiaya mereka dengan lebih kejam.

Hal ini dikuatkan oleh keterangan yang terdapat dalam Kitab Keluaran pada Kitab Taurat, bahwa Allah memberitahukan kepada Musa yang menyatakan bahwa la akan menjadikan hati Fir'aun keras terhadap Bani Israil, akan lebih menganiaya dan tidak akan melepaskan pergi bersama Musa, sampai Allah perlihatkan ayat-ayat-Nya. Sesudah Musa mengajak Fir'aun supaya iman, ia bertambah zalim dan durhaka. Lalu menyuruh kepada orang-orang yang mengerjapaksakan Bani Israil supaya bersikap lebih keras lagi terhadap mereka, tidak memberi upah yang dulu biasanya diberikan sebagai upah kerja bangunan, memaksakan mengumpulkan batu dan mengerjakan semua bangunan yang dibangun tanpa keringanan sedikit pun.

5. BANGSA YANG MENYEMBAH BERHALA DI TENGAH BIMBINGAN NABI-NYA

Allah berfirman:

"Dan ingatlah ketika Kami berjanji kepada Musa empat puluh malam, lalu kamu menjadikan anak sapi sebagai sembahan sepeninggalnya dan kamu adalah orang-orang yang dzalim:' (Al-Baqarah: 51).

Ketika Nabi Musa diperintahkan oleh Allah selama 40 malam berada di bukit
Tursina, maka bangsa Yahudi ditinggalkannya di bawah pimpinan Nabi Harun. Nabi Musa menanti di bukit Tursina ini adalah untuk memenuhi permintaan Kaum Yahudi kepadanya, agar Allah memberikan sebuah Kitab Suci sebagai bukti kebenaran kenabiannya. Lalu Tuhan berjanji kepada Musa akan memberikan Taurat dan memberi tempo kepadanya untuk menunggu. Menurut mereka saat-saat menunggu itu selama bulan Dzul-Qaidah dan sepuluh hari Dzul-Hijjah, tetapi mereka menganggapnya lama, lalu membuat anak sapi dari emas untuk disembah. Mereka berbuat dzalim kepada diri sendiri lantaran perbuatan syiriknya ini dan menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya, yakni menyembah anak sapi yang dibuatnya dari emas sebagai ganti menyembah kepada Pencipta mereka dan Penciptanya.

Peristiwa Bangsa Yahudi di zaman Nabi Musa ini dikisahkan kembali oleh Al-Qur'an kepada Bangsa Yahudi yang hidup pada zaman Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dimaksudkan untuk menyatakan tingkah laku dan karakter Bangsa Yahudi yang begitu rusak. Sebab mereka tadinya minta kepada Nabi Musa agar Allah menurunkan Kitab Suci kepada mereka, tetapi sebelum Kitab Suci tersebut turun mereka telah menyambutnya dengan perbuatan-perbuatan jahil dan sikap menantang.

Akan tetapi perbuatan jahil mereka ini kemudian dihapuskan oleh Allah setelah mereka lebih dahulu bertobat. Allah tidak cepat-cepat membinasakan kaum Yahudi yang mengingkari ajaran Nabi Musa ini, bahkan menunda sampai Nabi Musa turun dari bukit Tursina adalah merupakan nikmat pula bagi mereka. Dalam sejarah ummat manusia hanya Bangsa Yahudilah yang menukar penyembahan kepada Allah dengan penyembahan kepada berhala yang berupa patung anak sapi dari emas. Demikianlah kehinaan dan rendahnya jiwa bangsa Yahudi yang tak mau menjadi baik walaupun dipimpin oleh seorang Nabi.

6. BANGSA YANG DIPERINTAHKAN MELAKUKAN BUNUH DIRI MASSAL

Allah berfirman:

"Dan ingatlah ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku, sungguh kamu telah menganiaya dirimu sendiri, karena menjadikan anak sapi sebagai sesembahan. Sebab itu bertaubatlah kamu kepada Penciptamu, lalu bunuhlah dirimu sendiri. Demikian itu lebih baik bagimu di sisi Penciptamu, lalu Dia menerima taubatmu. Sungguh Dia Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang." (Q S. Al-Baqarah: 54).

Ayat ini menerangkan perintah Allah kepada Bangsa Yahudi di zaman Musa as. agar melakukan bunuh diri masal karena kedurhakaan mereka kepada Allah dengan melakukan penyembahan berhala ketika Nabi Musa sedang berada di atas bukit Tursina. Bangsa Yahudi merupakan bangsa yang sangat durhaka karena mereka menyembah patung anak sapi sebagai ganti dari menyembah Allah, Pencipta sekalian alam.
Di dalam ayat ini disebutkan kata-kata "bunuhlah diri-diri kamu" yang dapat berarti bahwa orang-orang yang durhaka di antara ummat Nabi Musa as. disuruh bunuh diri masal, atau dapat pula berarti bahwa orang-orang yang telah menyembah berhala disuruh oleh Allah agar dibunuh oleh orang-orang yang tetap beriman.

Kisah pembunuhan massal ummat Nabi Musa ini termaktub dalam Kitab Taurat yang ada sampai sekarang. Disebutkan bahwa Nabi Musa berseru kepada mereka: "Siapa yang memihak kepada Tuhan datanglah kepadaku". Lalu berkumpullah seluruh Bani Levi.

Nabi Musa menyuruh mereka mengangkat pedang mereka. Kemudian sebagian mereka membunuh sebagian lainnya. Bani Levi melakukan seperti yang diperintahkan Musa. Dan pada hari itu tewaslah kira-kira 3000 orang.

Taubat dengan bunuh diri massal yang diperintahkan kepada Bangsa Yahudi ini adalah dimaksudkan membersihkan diri mereka dari bibit orang orang durhaka yang ada di tengah-tengah masyarakat mereka, sehingga kelak kemudian hari masyarakat ini diharapkan menjadi bersih dan baik.

Di dalam sejarah agama Samawi hanya Bangsa Yahudi yang diperintahkan oleh Allah untuk melakukan bunuh diri massal sebagai jalan bertaubat secara tuntas. Hal ini membuktikan bahwa Bangsa Yahudi merupakan golongan manusia yang sangat bobrok dalam kerusakan mental dan moralnya.