gravatar

76 Karakter Yahudi dalam Al-Qur'an (3)

7. BANGSA YANG PERTAMA MENGINGKARI SIFAT GHAIB DAN BERFAHAM MATERIALISME
Allah berfirman: (QS. Al-Baqarah:.55-56)

“Dan ingatlah ketika kamu berkata: “Hai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami dapat melihat Allah dengan jelas, maka kamu disambar petir sedang kamu menyaksikannya. Kemudian Kami bangkitkan kamu sesudah kematianmu supaya kamu bersyukur."

Bangsa Yahudi yang dipilih oleh Nabi Musa untuk menyertainya 'pergi ke bukit Tursina ketika Musa kembali kepada mereka yang tiba-tiba didapatinya telah menyembah patung anak sapi dengan penuh keingkaran dan kesombongan berkata kepada Musa: "Kami tidak akan sudi mengakui kebenaran ucapanmu, bahwa Kitab Suci yang engkau bawa itu dari Allah, dan engkau telah mendengar firman-Nya serta Allah menyuruh supaya menerima dan mengamalkan Kitab suci Nya sebelum kami dapat melihat wujud Allah dengan mata kepala sendiri".

Ucapan Kaum Yahudi kepada Nabi Musa sebenarnya hanyalah sebagai alasan yang dicari-cari, supaya perbuatannya menyembah patung anak sapi dapat dimaklumi oleh Nabi Musa as. Namun karena kedurhakaan dan kecongkakan mereka yang sangat keterlaluan ini mengakibatkan mereka binasa disambar petir. Orang-orang Yahudi yang masih taat kepada Nabi Musa selamat dari bencana ini.
Di dalam Taurat disebutkan, bahwa sebagian dari orang-orang Yahudi yang
mengikuti Musa berkata, "Mengapa Allah hanya khusus berbicara ke pada Musa dan Harun saja, tetapi tidak berbicara kepada kita!

Maka tersebarlah hal ini kepada Bani Israil seluruhnya, lalu mereka bertanya kepada Musa sesudah kematian Harun, "Sesungguhnya nikmat Allah kepada Bangsa Israil adalah karena Ibrahim dan Ishak. Lalu mencakup seluruh bangsa ini. Sedangkan engkau tidak lebih baik daripada Ibrahim. Karena itu engkau tidak berhak menguasai kami tanpa adanya keistimewaan. Dan kami tidak akan percaya kepadamu sebelum kami dapat melihat wujud Allah dengan nyata." Lalu mereka dibawa Musa ke suatu tempat perkemahan tertentu,. Tiba-tiba bumi terbelah dan menelan sebagian dari mereka dan dari jurusan lain datang api, lalu menyambar sisanya.

Bangsa Yahudi yang sama sekali tidak mau menggunakan akal sehatnya, tetapi hanya menurutkan bisikan setan adalah suatu kaum yang sungguh sungguh berwatak materialis. Walaupun mereka telah terpenuhi permintaan-permintaannya kepada Nabi Musa berupa mendapat makanan yang turun dari langit ataupun musibah sebagai bukti yang terjadi di hadapan mereka sendiri akibat kedurhakaan mereka sendiri, tetapi mereka tetap ingkar kepada seruan dan ajakan tauhid.

Di bawah pimpinan Nabi Musa, Bangsa Yahudi telah memperlihatkan sikap kejahilan yang tak ada taranya. Karena mereka meminta kepada Musa agar dapat melihat Allah dengan mata dan kepala sendiri. Sungguh tak ada golongan manusia di permukaan bumi ini yang watak materialis dan pandangan materialisnya seperti bangsa Yahudi. Karena itu tidaklah mengherankan kalau bangsa Yahudi merupakan pionir dari semua pandangan sesat seluruh jagat ini.

8. BANGSA YANG SUKA BERBUAT ANIAYA DI TENGAH NIKMAT ALLAH

Allah berfirman : (Al-Baqarah:57)

"Dan Kami naungkan awan di atasmu dan Kami turunkan Manna dan Salwa kepadamu. Makanlah makanan yang baik-baik yang Kami karuniakan kepadamu; dan mereka tidaklah berbuat aniaya kepada Kami, akan tetapi mereka menganiaya terhadap diri mereka sendiri.“

Ketika Bangsa Yahudi keluar dari Mesir menyeberangi Laut Merah, lalu tinggal di gurun pasir yang panas, kemudian mereka mengadu kepada Nabi Musa, agar ia mohon kepada Allah mengirimkan awan untuk menaungi mereka sampai mereka tiba di daerah yang dijanjikan. Lalu Allah naungi mereka dengan awan sepanjang perjalanan menuju daerah yang dijanjikan. Selain itu mereka pun mendapatkan makanan Manna dan Salwa yang menjadi bekal mereka selama dalam perjalanan di padang pasir yang tandus dan panas, selama mereka tinggal di daerah yang dijanjikan itu. Ini dalam Kitab Keluaran disebutkan: "Mereka makan Manna selama empat puluh tahun dan rasanya makanan ini seperti roti dipoles madu, sebagai pengganti roti. Karena mereka dihararnkan makan buah-buahan dan sayur".

Namun apa gerangan sikap bangsa Yahudi menghadapi nikmat Allah yang melimpah ini? Nikmat ini justru menjadikan mereka semakin keras kepala dan
ingkar kepada Nabi Musa as. Sebab apa yang diperintahkan oleh Nabi Musa mereka tolak dan apa yang beliau larang justru mereka langgar. Keingkaran mereka ini menyebabkan berbagai malapetaka dan adzab Allah turun kepada mereka, sehingga mereka hidup dalam kesusahan dan penderitaan.

Ayat ini memberikan pelajaran bahwa setiap tuntunan ilahi kepada manusia hanyalah mendatangkan kebahagiaan selama manusia mau mematuhinya. Tetapi bila manusia itu mengingkarinya niscaya akan menimbulkan penderitaan diri sendiri. Sejarah bangsa Yahudi menjadi saksi atas malapetaka yang menimpa mereka karena berbuat dzalim dan sikap kufur terhadap nikmat Allah.

9. BANGSA YANG PALING CEREWET TERHADAP NABINYA

Allah berfirman: (Al-Baqarah:61)

"Dan ingatlah ketika kamu berkata, "Hai Musa, kami tidak akan sabar dengan satu macam makanan. Maka mohonlah untuk kami tumbuh-tumbuhan bumi berupa sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihrrya, kacangnya dan bawang merahnya. Musa berkata, "Apakah kamu mau menukar yang lebih baik dengan yang lebih rendah? Turunlah kamu ke suatu negeri karena di sana kamu memperoleh apa-apa yang kamu minta. Dan kepada mereka ditimpakanlah kehinaan dan kemiskinan, mereka patut mendapat murka dari Allah. Demikian itu karena mereka telah mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh Nabi-Nabi dengan tidak benar. Demikian itu karena kedurhakaan mereka dan mereka melewati batas.

Nenek moyang Bangsa Yahudi di masa Nabi Musa as. gemar meminta hal-hal yang sulit kepada Nabi Musa dengan maksud untuk mempermainkannya. Contohnya yang nyata ialah kata-kata mereka kepada Nabi Musa, "Kami tidak akan dapat bersabar dengan satu macam makanan seperti ini, yaitu Manna dan Salwa."

Mereka menyuruh Nabi Musa agar meminta kepada Allah untuk menumbuhkan tumbuh-tumbuhan berupa sayur-mayur, ketimun, bawang putih, kacang adas dan bawang merah. Tetapi Nabi Musa menjawab dengan kata-kata, "Apakah kamu mau menukar makanan yang baik dengan makanan yang lebih jelek?"

Kemudian Nabi Musa menyuruh mereka pergi meninggalkan padang Tih dan tinggal di tempat lain, jika mereka inginkan apa yang mereka minta.

Karena bumi yang Allah tetapkan kepada mereka ini hanya akan mereka diami beberapa waktu saja, sehingga di situ tidak perlu ditumbuhkan sayur-mayur. Allah tidak menetapkan mereka tinggal di sana, kecuali untuk menghilangkan lemahnya tekad mereka mengalahkan negeri-negeri lain, yang penduduknya biasa makan satu macam makanan saja. Padahal untuk dapat melepaskan diri dari apa yang tidak mereka sukai itu hanyalah bisa dengan jalan berani menyerang negeri-negeri yang dijanjikan yang ada di depan mereka. Dan Allah menjamin untuk menolong mereka. Karena itu, hendaklah mencari cara yang dapat memberi jalan kemenangan bagi mereka.

Bangsa Yahudi sebagai golongan manusia yang durhaka telah melakukan kejahatan yang luar biasa dengan membunuh Nabi-nabi yang Allah kirim kepada mereka.

Mereka telah membunuh Asy'iya, Zakariya, Yahya dan lain-lainnya tanpa alasan yang benar atau suatu tuduhan yang boleh dijadikan alasan untuk membunuh. Karena orang yang berbuat salah adakalanya secara kabur beranggapan bahwa dia benar. Kitab mereka mengharamkan membunuh orang lain bukan Nabi, maka apalagi membunuh Nabi, kecuali ada alasan yang membenarkan demikian. Dan firman-Nya "Dengan tidak benar", padahal membunuh Nabi-nabi sudah tentu tidak ada alasan yang membenarkannya, adalah untuk lebih menyatakan keburukan mereka dan menjelaskan secara gamblang bahwa mereka berbuat itu bukan karena salah paham atau mentakwilkan hukum sesuai yang disyari'atkan kepada agama mereka.

Akibat kedurhakaan dan sikap-sikap cerewetnya kepada Nabi-nabi, kemudian Allah menjatuhkan hukuman kepada mereka. Dijadikan mereka berjiwa hina, berkelakuan rendah dan bermental lemah. Mereka akhirnya menjadi bangsa yang berwatak plin-plan, bersikap mudah menyerah kepada paksaan atau kekuatan yang dapat menimbulkan ketakutan pada diri mereka. Bangsa Yahudi telah memiliki sikap kerdil, sehingga tampak bekasnya pada wajah mereka.

Walaupun Bangsa Yahudi selalu menerima teguran dari para Nabinya, tetapi karena sikapnya yang cerewet, mereka selalu melanggar apa yang diajarkan para Nabi itu pada mereka. Sesungguhnya agama para Nabi, besar pengaruhnya untuk merubah perwatakan manusia yang buruk menjadi baik, sehingga mereka tidak berani melanggar agamanya. Karena bila ajaran agama telah dilanggar sekali saja, maka jiwa orang yang bersangkutan akan menjadi lemah dan mudah melakukan perbuatan dosa. Jika pelanggaran terhadap agama ini dilakukan berulang kali, maka jiwa orang yang bersangkutan akan bertambah lemah dan berubahlah wataknya menjadi manusia pendurhaka. Seseorang yang menjadi pendurhaka akan dengan mudah bersikap cerewet terhadap Nabi dan Rasul Allah.

10. BANGSA YANG CEPAT MELANGGAR JANJI ALLAH
Allah berfirman: (QS. Al-Baqarah:64)

"Kemudian kamu berpaling sesudah itu. Kalau tidak karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu, niscaya kamu tergolong orang-orang yang rugi."

Bangsa Yahudi yang berada di bawah pimpinan Nabi Musa diperintahkan oleh Allah untuk melaksanakan isi Kitab Taurat dengan sepenuh hati dan sungguh-sungguh. Di saat mereka menerima perintah ini Allah mengangkat gunung Thursina di atas kepala mereka, agar mereka menjadi yakin dan bertambah kuat iman serta menghayatinya dengan sedalam-dalamnya.

Sesudah mereka menyaksikan gunung yang terangkat di atas kepala mereka, lalu Allah menyuruh mereka berjanji untuk mematuhi kitab Taurat dengan sungguh-sungguh. Tujuan dari adanya persaksian gunung ini adalah menyiapkan diri mereka menjadi orang-orang bertaqwa yang sebenar-benarnya.

Akan tetapi yang terjadi pada Bangsa Yahudi ini adalah sikap yang sebaliknya. Mereka justru dengan cepat melanggar perjanjian yang baru saja mereka buat. Pelanggaran yang mereka lakukan terhadap Kitab Taurat tidaklah dengan segera dihukum oleh Allah. Seandainya tidak karena belas kasihan Allah kepada mereka niscayalah Bangsa Yahudi yang gemar melanggar janji ini telah binasa. Mereka berhak memperoleh siksa Allah sebab begitu cepat mereka mengingkari janji-janjinya kepada Allah. Bangsa Yahudi yang tinggal di kota Madinah di masa Rasulullah telah mengadakan perjanjian dengan beliau untuk tidak saling membantu musuh yang akan menyerang Madinah dan bersama-sama dengan ummat Islam untuk menjaga keamanan dan ketentraman di Madinah. Akan tetapi kemudian Bangsa Yahudi bersepakat dengan Bangsa Quraisy di Mekkah untuk menyerang kota Madinah dan menghancurkan ummat Islam. Penyerangan bersama ini terjadi dalarn perang yang disebut perang Khandaq.

Perang Ahzab ini pada bulan Syawal tahun 5 H. Peristiwa ini disebutkan dalam surat Al-Ahzab ayat 10. Kota Madinah dikepung oleh musuh selama 27 hari, sehingga ummat Islam Madinah hampir mengalami kekacauan, karena kelaparan. Mayoritas kaum muslimin telah berputus asa. Pada saat yang telah dernikian gawat, kemudian Allah rnemberikan pertolongan-Nya sehingga musuh lari meninggalkan Madinah dan selamatlah umat Islam dari kepungan mereka.

Perang Ahzab ini memberikan pelajaran kepada Rasulullah bahwa Bangsa Yahudi sebagai manusia yang tak pernah jujur memegang janji-janjinya kepada Nabi Musa. Karena pelanggaran janji itulah kemudian Rasulullah menghukum mati Bangsa Yahudi laki-laki dewasa, sedangkan anak-anak dan perempuan diusir keluar dari kota Madinah.

11. BANGSA YANG PALING SUKA MEMPERMAINKAN PERINTAH NABINYA

Allah berfirman : (QS. Al-Baqarah:67-71)

"Dan ingatlah ketika Musa berkata kepada kaumnya, "Sungguh Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina." Mereka menjawab, "Apakah kamu hendak memperolok-olok kami?" Ia menjawab, "Aku berlindung kepada Allah dari golongan orang-orang yang bodoh." 67)

“Mereka berkata, "Mohonkanlah kepada Tuhanmu urituk kami, supaya Dia menerangkan kepada kami sapi betina apakah itu". Ia menjawab, "Sungguh Dia berfirman bahwa sapi itu sapi betina yang berumur tidak tua dan tidak muda, pertengahan antara itu. Maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu." 68)

“Mereka berkata, "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami supaya Dia menerangkan kepada kami, apa warnanya." Ia menjawab, "Sungguh Dia berfirman bahwa dia adalah sapi betina yang kuning, sangat kuning
warnanya, menyenangkan orang-orang yang melihatnya." 69)

“Mereka berkata,"Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami supaya Dia menerangkan kepada kami, bagaimana sapi betina itu, karena sungguh sapi itu serupa saja bagi kami. Dan sungguh kami akan menjadi orang-orang yang mendapat petunjuk jika Allah menghendaki." 70)

Ia menjawab, "Sungguh Dia berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak pernah digunakan membajak tanah dan mengairi tanaman, mulus, tidak belang". Mereka menjawab, "Sekarang engkau telah membawa kebenaran". Lalu mereka menyembelihnya, dan hampir saja mereka tidak melakukannya." 71)

Al-Qur'an dalam membuat kisah peristiwa ini tidaklah disusun secara kronologis seperti yang dilakukan ahli-ahli sejarah. Karena maksud mengetengahkan kisah ini ialah untuk menarik perhatian dan menciptakan suasana pada pendengar, agar perasaannya turut terlibat di dalam peristiwa yang senang dikisahkan.

Tentang sikap Bangsa Yahudi yang mempermainkan perintah Nabi Musa as. ini, jalan ceritanya sebagaimana disebutkan dalam riwayat adalah seba gaiberikut: konon ada seorang laki-laki tua kaya dari keluarga Bani Israil dibunuh oleh anak-anak pamannya karena menginginkan harta warisannya. Mereka membawanya ke kampung lain dan dilemparkan di tanah lapang. Kemudian mereka datang ke kampung itu untuk menuntut pembayaran denda (diyat) dan menuduh beberapa orang dari penduduk kampung tersebut telah membunuh pamannya. Setelah Musa menanyakan hal itu kepada mereka, tetapi mereka menyangkal sehingga perkaranya menjadi kabur. Mereka selalu menghinakan Musa untuk memohon kepada Allah kiranya berkenan menerangkan kepada mereka tentang pembunuhan yang misterius itu.

Setelah terjadinya peristiwa itu mereka selalu membantah perintah-perintah Nabi Musa as. dalam rangka menyelesaikan kasus tersebut. Bahkan Allah menyuruh kepada nabi Musa supaya orang-orang Yahudi itu mau melaksanakan apa yang sudah diperintahkan kepada mereka dengan rasa patuh dan taat, tidak selalu bertanya-tanya yang justru menambah kebingungan belaka.

Al-Qur'an menggambarkan betapa senangnya Bangsa Yahudi mempermainkan Nabi Musa dengan dalih agar memperoleh keterangan lebih lengkap dan lebih terperinci. Setiap kali Nabi menjawab pertanyaan mereka, selalu mereka mengajukan pertanyaan baru sebagaimana tersebut dalam ayat 67 sampai 71 di atas.
Cobalah kita perhatikan pertanyaan yang mereka ajukan kepada Nabi Musa itu:
a.     Sapi betina yang bagaimanakah?
b.     Berapakah umurnya, tua atau muda?
c.     Apa warnanya?
d.     Apakah sapi untuk bekerja atau tidak?
e.     Warna kuningnya bagaimana?

Dari pertanyaan yang dibuat-buat ini, yang dimaksudkan agar berlepas diri dari perintah Allah yang diberikan kepada mereka, akhirnya mereka sendiri yang kepayahan melaksanakannya. Bahkan hampir saja mereka tidak dapat melakukan perintah tersebut. Ibnu Jarir meriwayatkan hadits dari Ibnu Abbas berkenaan dengan peristiwa yang dikisahkan ayat ini sebagai berikut: "Seandainya orang-orang Yahudi itu menyembelih sapi apa pun, asal betina sudah tentu cukup untuk memenuhi perintah yang diberikan kepada mereka, tetapi mereka mempersulit diri sendiri. Akhirnya mereka sendiri yang memikul beban berat menjalankan perintah tersebut".

Demikianlah perilaku Bangsa Yahudi terhadap Nabi Musa as. Walaupun mereka mengakui dan mempercayai kenabian Musa, namun mereka tetap senang mempermainkan perintah-perintah Nabi Musa as.

12. BANGSA YANG PALING KERAS KEPALA MENOLAK KEBENARAN ILAHI

Allah berfirman : (QS. Al-Baqarah:74)

Kemudian, sesudah itu hatimu menjadi keras sebagaimana batu atau lebih keras. Padahal sungguh di antara batu-batu itu ada yang terbelah, lalu keluar air daripadanya, dan di antaranya ada yang jatuh menggelinding karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan."

Ayat ini melukiskan keadaan mental Bani Israil setelah mereka menerima berbagai nikmat dan nasihat yang diberikan oleh Nabi Musa. Ternyata bahwa nikmat Allah dan nasihat Nabi Musa kepada mereka sama sekali tidak berpengaruh positif kepada mereka. Mereka sama sekali seolah-olah tidak lagi mempunyai hati yang hidup, tetapi hanya sebagai makhluk yang berhati laksana batu, bahkan lebih keras daripada batu. Di antara batu-batu itu masih ada yang bisa berlubang karena tetesan air, sehingga mengalirkan sungai, selokan dan mata air, yang kemudian menjadi tempat manusia dan hewan mengambil air dan berguna untuk menyiram tumbuh-tumbuhan. Bahkan ada batu yang jatuh dari atas gunung ketika gunung meletus atau gempa bumi atau disambar petir.

Tetapi hati Bangsa Yahudi tidak berubah menjadi baik dengan nasihat dan
peringatan dari Allah. Mereka sama sekali tidak dapat meresapi kebenaran, sehingga segala tanda kekuasaan Allah yang ada di depan mereka dan yang dibawa oleh para Nabi sama sekali tidak berpengaruh positif ke dalam jiwa mereka. Segala apa yang mereka saksikan dari bukti kebenaran para Nabi justru hanya membuat mereka semakin ingkar dan berbuat kerusakan lebih besar.

Disamakan hati orang Yahudi kerasnya bagaikan batu adalah karena benda yang bernama batu ini tak dapat dicairkan sekalipun dengan api. Dan benda yang paling beku di jagad raya ini adalah batu, bukan besi maupun tembaga. Sebab besi dan tembaga dapat menjadi leleh bila dipanaskan dengan api.

Batu pun masih ada yang bisa berlubang bila terkena tetesan air secara terus menerus, sehingga akhirnya dapat berguna bagi kehidupan manusia. Tetapi hati orang-orang Yahudi bukan saja keras kepala melebihi batu, namun tidak punya hati untuk meresapkan kebenaran. Bangsa Yahudi sepanjang sejarah telah terbukti sebagai penentang kebenaran paling keras dan hanya mengikuti bisikan nafsunya belaka.